VIII. Data Pengamatan
8.1 Uji Cermin Kaca, Tollens
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Tabung 1 berisi 1ml Tollens + 2
tetes Benzaldehid
|
Tidak bereaksi
|
2
|
Tabung 2 berisi 1ml Tollens + 2
tetes Aseton
|
Tidak bereaksi
|
3
|
Tabung 3 berisi 1ml Tollens + 2
tetes Sikloheksanon
|
Tidak bereaksi
|
4
|
Tabung 4 berisi 1ml Tollens + 2
tetes Formalin
|
Terbentuk cermin
|
5
|
Tabung 1 dipanaskan ± 5
menit
|
Terbentuk cermin
|
6
|
Tabung 2 dipanaskan ±
10 menit
|
Tidak bereaksi
|
7
|
Tabung 3 dipanaskan ±
10 menit
|
Tidak bereaksi
|
8.2 Uji Benedict
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Tabung 1 = 5 ml Benedict + 4 tetes Formaldehid
|
Biru lebih
pekat, ada endapan merah bata
|
2
|
Tabung 2 = 5 ml Benedict + 4
tetes Benzaldehid
|
Terbentuk 3
lapisan (biru pekat, bening, biru pudar)
|
3
|
Tabung 3 = 5 ml Benedict + 4
tetes Aseton
|
Warna biru
pekat, tidak ada lapisan
|
4
|
Tabung 4 = 5 ml Benedict + 4
tetes Sikloheksanon
|
Diatas ada
minyak, di bagian bawah berwarna biru muda, setelah pemanasan warna biru
menjadi kehijauan
|
8.3 Pengujian dengan Fenilhidrazin
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Tabung 1 berisi 5ml Fenilhidrazin + 10 tetes Benzaldehid, dikocok
|
Warna larutan
kuning susu
|
2
|
Tabung 2 berisi 5ml Fenilhidrazin + 10 tetes Sikloheksanon
|
Warna larutan
bawah Orange bagian atas kuning pudar, terdapat gumpalan-gumpalan di bagian
bawah
|
3
|
Tabung 1 + 5tetes Pentanol,
dipanaskan, di didinginkan dalam es batu
|
Saat
dipanaskan, warna menjadi kuning keruh, saat didinginkan terbentuk 2 lapisan
(atas kuning pudar, bawah bening)
|
4
|
Tabung 2 + 5 tetes Pentanol
dipanaskan, di didinginkan dalam es batu
|
Saat
dipanaskan warna orange pekat, saat di dinginkan terbentuk 2 lapisan (atas
keruh, bawah orange)
|
8.4 Pembuatan Oksim
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
1 gr Hidroksilamin + 1,5 gr
CuSO4.5H2O dalam 4 ml air
|
Warna larutan
hijau tua
|
2
|
Dipanaskan sampai 35o
+ sikloheksanon, ditutup, dikocok 2 menit
|
Warna hijau
lumut dan keruh
|
3
|
Di dinginkan dalam es
|
Ada endapan
putih
|
4
|
Endapan disaring, di cuci
dengan 2ml es, dikeringkan
|
Endapan bersih
|
8.5 Reaksi Haloform
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
5 tetes aseton + 3ml NaOH
|
Warna larutan
bening
|
2
|
Ditambahkan 10ml larutan iodium
|
Warna cokelat
pekat kemerahan
|
3
|
Dikocok
|
Terdapat butiran
kuning di bagian atas dan bawah larutan
|
4
|
Diuji pada masing-masing 3
tetes (2-propanol, 2-pentanon, dan sikloheksanon)
|
Ø
Pada
2-propanol, 1 tetes kuning, 2 tetes kuning pekat, 3 tetes kuning makin pekat
Ø
Pada
2-pentanon, 1 tetes kuning, 2 tetes kuning pekat, 3 tetes kuning makin pekat
Ø
Pada
sikloheksanon, terbentuk 2 lapisan (atas vagenta, bawah merah betadine)
|
8.6 Kondensasi Aldol
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
4 ml NaOH + 0,5 ml asetaldehid,
dikocok
|
Warna larutan
Bening, bau balon tiup
|
2
|
Dididihkan
|
Bau tengik,
warna kuning
|
3
|
Direfluks + etanol + 1 ml
aseton + 2 ml benzaldehid + 5 ml larutan NaOH 5%
|
Terbentuk
cruft (endapan bukan kristal), larutan homogen
|
IX. Pembahasan
Percobaan kali ini kami akan melakukan uji terhadap
reaksi-reaksi aldehid dan Keaton dengan berbagai reagent. Dimana tujuannya yaitu
untuk mengetahui aldehid dapat bereaksi dengan reagent apa dan Keaton dapat
bereaksi dengan reagent apa serta untuk mengetahui kecepatan senyawa tersebut
bereaksi. Aldehid dan Keaton memiliki gugus fungsi sama yaitu gugus karbonil
C=O. Jadi pada umumnya kedua senyawa tersebut memiliki sifat yang sama. Namun pada
praktikum ini akan dilihat bagaimana reaksi kedua senyawa ini.
Hal yang perlu di ingat tentang aldehida dan keton yang
merupakan gugus karbonil yakni senyawa tersebut memiliki ikatan karbonil dimana
dapat membentuk momen dipol antara ikatana rangkap karbon dan oksigen yang
disebut sebagai molekul polar. Faktanya, keberadaan momen dipol ini menyebabkan
titik didih senyawa tersebut lebih tinggi dibanding senyawa alkena lainnya
dalam berat molekul yang tetap sama. Aldehid dan keton tidak dapat
menyumbangkan proton karena kedua senyawa tersebut tidak memiliki ikatan
hidrogen donor. Hal itulah yang menyebabkan titik didihnya lebih rendah
dibandingkan alkohol walaupun mempunyai berat molekul yang sama besar. Senyawa aldehida
dan keton bertindak sebagai akseptor hidrogen yang menyebabkan kedua senyawa
itu mudah larut dalam molekul air (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/20/reaksi-reaksi-aldehid-dan-keton198/).
9.1 Uji Cermin Kaca, Tollens
Pada percobaan pertama yaitu uji cermin kaca menggunakan
pereaksi tollens. Reagent Tollens (perak amoniak) merupakan campuran dari bahan
AgNO3 serta amoniak, dimana akan membentuk endapan perak atau cermin
kaca pada dinding tabung reaksi. Pada percobaan ini reagent tollens kami
gunakan untuk menguji 4 macam bahan yaitu Formalin, Benzaldehid, Aseton, dan
Sikloheksanon. Formalin adalah contoh dari senyawa aldehid yang memiliki rumus
H2CO, dimana senyawanya dapat berwujud cair dan padat. Formalin
biasanya digunakan sebagai bahan pengawet. Benzaldehid merupakan turunan dari
aldehid yang paling sederhana. Benzaldehid memiliki cincin seperti benzena. Aseton
disebut juga dengan prpanon yang merupakan turunan dari Keton yang paling
sederhana, dimana aseton dapat larut dalam air, etanol, dan detil eter.
Sikloheksanon merupakan senyawa golongan Keaton yang dapat larut dalam pelarut
umum sedangkan akan sedikit larut dalam air. Jadi dapat dilihat bahwa bahan
yang kami uji 2 senyawanya merupakan turunan aldehid dan 2 senyawa lagi
merupakan turunan Keton. Pertama-pertama kami membuat larutan Tollens yaitu
dengan mencampurkan 2 ml larutan perak nitrat 5% + 2 tetes larutan NaOH 5% +
larutan amonium hidroksida 2%. Kemudian kami menyiapkan 4 buah tabung reaksi,
dimana pada setiap tabung kami masukkan masing-masing 1 ml Tollens. Kemudian pada
tabung reaksi 1, kami menambahkan Benzaldehid, lalu dikocok dan kami diamkan
selama 10 menit, dan tidak ada reaksi yang terjadi. Selanjutnya pada tabung 2,
kami menambahkan 2 tetes aseton lalu dikocok dan kami diamkan, dan tidak ada
reaksi apapun yang kami dapatkan. Dan begitu pula dengan tabung reaksi 3,
dimana tidak terjadi reaksi apapun setelah kami menambahkan 2 tetes
sikloheksanon. Pada tabung 4, kami
menambahkan 2 tetes Formalin lalu kami kocok dan kami diamkan selama 10 menit. Terbentuklah
cermin kaca pada dinding tabung reaksi. Dikarenakan 3 buah tabung reaksi yaitu tabung 1,2 dan 3
tidak mengalami reaksi apapun, maka kami pun memanaskan tabung reaksi di dalam kenanga
air selama 5 menit. Kemudian pada tabung 1 mulai terbentuk cermin kaca yang
artinya bereaksi dengan tollens. Kemudian untuk tabung 2 dan 3 tidak mengalami
perubahan apapun bahkan setelah kami kemenakan selama 10 menit. Jadi dapat
dilihat bahwa reagent tollens hanya bereaksi dengan aldehid karena aldehid
dapat dioksidasi menjadi anion karboksilat. Karena aldehid memiliki ikatan C-H
maka reagent tollens dapat merubahnya menjadi ikatan C-O. Kemudian reagent
tollens tidak dapat bereaksi dengan Keaton, dikarenakan Keaton tidak memiliki gugus
OH atau unsur H yang bebas. Oleh karena itulah hasil menunjukkan positif pada
senyawa aldehid dan menunjukkan hasil negatif pada senyawa Keton.
9.2 Uji Benedict
Pada percobaan kedua yaitu kami melakukan uji benedict terhadap
4 macam sampel. Fungsi dari larutan benedict yaitu untuk menguji kandungan gula
dalam ke empat sampel yang digunakan yaitu Formaldehid, benzaldehid, aseton,
dan sikloheksanon. Pertama-tama kami membuat larutan benedict yaitu dengan cara
mencampurkan 173gr natrium sitrat + 100gr atrium karbonat dalam 750ml aquades,
di aduk, disaring, dan ke dalam filtrat yang diperoleh ditambahkan 17,3gr CuSO4.5H2O
dalam 100ml air dan diencerkan hingga total 1L. Setelah itu kami menyiapkan 4
buah tabung reaksi kemudian kami masukkan ke dalam masing-masing tabung 5ml dari larutan benedict
yang berwarna biru cerah. Setelah itu, pada tabung reaksi pertama kami
menambahkan 4 tetes Formaldehid, lalu tempakan di dalam kenanga air selama
10menit. Dan setelah kami amati, pada campuran warna biru menjadi lebih pekat
dari warna awal, kemudian pada dasar tabung terdapat endapan berwarna merah
bata. Selanjutnya pada tabung kedua kami menambahkan 4 tetes benzaldehid lalu
kami panaskan di atas penangas air. Setela kami amati, terlihat bahwa larutan
membentuk 3 lapisan yaitu pada lapisan atas berwarna biru pekat, lapisan tengah
bening, serta lapisan bawah berwarna biru muda. Kemudian kami menambahkan
aseton sebanyak 4 tetes ke dalam tabung reaksi ketiga. Setelah kami panaskan,
maka tampak bahwa larutan berubah menjadi biru pekat, namun tidak terdapat
lapisan. Dan pada tabung terakhir kami menambahkan sebanyak 4 tetes
sikloheksanon. Setelah kami panaskan, pada larutan terdapat minyak pada bagian
permukaan larutan dan pada bagian bawahnya berwarna biru muda, tidak ada
endapan, kemudian setelah pemanasan selama 15 menit, warna biru berubah menjadi
kehijauan. Berdasarkan hasil yang telah kami dapatkan, maka dapat dilihat bahwa
larutan benedict dapat bereaksi dengan senyawa aldehid maupun keton. Dimana formaldehid
dan benzaldehid merupakan contoh senyawa aldehid dimana dapat menghasilkan
endapat merah bata dan aseton serta sikloheksanon merupakan sampel dari
golongan keton yang kurang reaktif bereaksi dengan larutan benedict sehingga
hasil reaksinya pun lambat diperoleh. Endapan merah di sini diperoleh dari hasil
reduksi gula terhadap ion Cu2+ menghasilkan Cu+ yang akan
membentuk sebuah endapan merah bata yaitu Cu2O.
9.3 Pengujian dengan Fenilhidrazin
Percobaan ketiga yaitu kami melakukan uji fenilhidrazin
terhadap 2 senyawa yaitu benzaldehid serta sikloheksanon. Dimana tujuannya
untuk mengidentifikasi senyawa aldehid dan keton. Pada percobaan ini kami
menyiapkan 2 buah tabung reaksi, dimana kami masukkan pada masing-masing tabung
sebanyak 5 ml fenilhidrazin. Kemudian pada tabung pertama kami tambahkan sebanyak
10 tetes benzaldehid, kemudian kami kocok tabung selama 2 menit. Setelah kami
amati, warna larutan yaitu kuning susu. Kemudian kami menambahkan 5 tetes
pentanol ke dalam tabung lalu dipanaskan tabung tersebut. Setelah kami amati, warna
larutan saat pemanasan menjadi semakin keruh seiring bertambahnya suhu. Kemudian
kami memanaskan larutan, dan setelah kurang lebih 5 menit, terbentuk 2 lapisan
pada larutan, yaitu pada bagian bawah berwarna bening dan bagian atas berwarna
kuning pudar. Selanjutnya untuk tabung kedua, kami menambahkan sikloheksanon
sebanyak 10 tetes pada tabung, kemudian kami kocok tabung selama 2 menit. Setelah
kami amati, terbentuk 2 lapisan pada larutan, di mana lapisan atas berwarna bening
dan lapisan bawah berwarna Orange dan terdapat gumpalan-gumpalan kecil pada
dasar tabung. Kemudian kami menambahkan 5 tetes pentanol ke dalam tabung lalu
dipanaskan tabung tersebut. Setelah kami amati, warna larutan saat pemanasan
menjadi semakin pekat seiring bertambahnya suhu. Kemudian kami memanaskan
larutan, dan setelah kurang lebih 5 menit, terbentuk 2 lapisan pada larutan,
yaitu bagian atas keruh seperti susu dan bagian bawah berwarna Orange. Berdasarkan
hasil tersebut terlihat bahwa kedua sampel melihatkan hasil yang berlawanan
atau berkebalikan. Dimana benzaldehid bagian bening terdapat dilapisan atas
sedangkan sikloheksanon terdapat bagian bening dilapisan bawah.
9.4 Pembuatan Oksim
Pada percobaan keempat yaitu pembuatan Kosim dari
hidroksilamin. Kosim di sini merupakan turunan dari senyawa amoniak yang
berbentuk kristal padat dan digunakan dalam mengidentifikasi senyawa karbonil. Pada
percobaan ini kami mencampurkan 1gr hidroksilamin HCl + 4ml air, larutan yang
dihasilkan di sini adalah bening. Kemudian kami menambahkan 1,5gr CuSO4.5H2O
dan larutan berubah menjadi hijau tua. Setelah itu kami masukkan larutan ke
dalam erlenmeyer dan kami panaskan selama 35oC. Setelah itu kami
tambahkan lagi sikloheksanon dan kami tutup lalu dikocok selama kurang lebih 2
menit. Warna lautan yang semula hijau tua berubah menjadi hijau lumut setelah
proses pengocokkan, yaitu di sini akan terbentuk sikloheksanoksin. Setelah itu
kami mendinginkan larutan dan terbentuk endapan putih. Setelah itu kami bersihkan
endapan menggunakan 2ml es, dan endapan yang kami peroleh kami keringkan. Pada percobaan
oksim akan dikatakan menunjukkan hasil positif ketika didapatkan endapan atau
kristal, maka dapat disimpulkan bahwa percobaan yang kami lakukan berhasil.
9.5 Reaksi Haloform
Pada percobaan ini kami melakukan uji haloform. Reaksi haloform
merupakan suatu reaksi yang akan melibatkan metil aldehida dengan dihalogenasi terus-menerus.
Tujuan dari eprcobaan ini yaitu untuk mengidentifikasi senyawa aldehid dan
keton. Pertama-tama kami mencampurkan 5 tetes asteon + 3 ml larutan NaOH 5%. Larutan yang dihasilkan yaitu berwarna bening, setelah
itu kami tambahkan 10 ml iodium iodide, dan larutan berubah menjadi cokelat pekat seperti warna betadin. Setelah itu
kami lakukan pengocokan, terbentuk butiran-butiran kuning
emas dibagian atas dan dibawah
larutan.
Selanjutnya, kami lakukan pengujian dengan
mencampurkan larutan haloform
dengan 2 propanon, 2-pentanon, dan
sikloheksanon. Pada tabung pertama kami tambahkan 2 propanon sebanyak 2
ml + 3 tetes larutan iodium. Setelah kami mati, larutan berubah menjadi kuning, pada tetes pertama
berwarna kuning muda, tetes kedua King semakin pekat, dan tetes ketiga kuning
menjadi lebih pekat. Kemudian dilakukan pengujian dengan
tembakau yang yang merupakan sampel
pengganti 2-pentanon dan 3-pentanon. Tembakau digerus dan ditimbang sebanyak
0.5 gram dan dilarutkan dalam 10 ml aquades lalu ditambah 3 tetes larutan iodium dan
warna larutan coklat seperti tembakau. Warna khas dari reaksi haloform yaitu
kuning dan menghasilkan
kristal.
9.6 Kondensasi
Aldol
Pada
percobaan ini kami melakukan kondensasi
aldol dengan menggunakan alat merefluks. Pertama-tama kami mencampurkan 0,5
ml asetaldehid + 4
ml NaOH 1%, dan larutan berwarna bening dan baunya seperti balon tiup. Selanjutnya kami didihkan larutan kurang lebih 3 menit, larutan menjdi warna kuning dan bau nya menjadi bau tengik. Kemudian kami merangkai alat untuk refluks dimana tujuannya yaitu untuk mendapatkan Kristal. Dan kemudian akan dapat ditentukan titik
leleh dari kristal tersebut. Kami mencampurkan 50 ml etanol + 1 ml aseton + 2 ml benzaldehid + 5 ml larutan NaOH 5%. Kemudian larutan
tersebut direfluks selama 5 menit. Ketika suhu mencapai 31OC, terjadi penetesan air. Setelah selesai
direfluks larutan kami dinginkan
didalam es batu, dan setelah beberapa saat terbentuk
cruft (endapan bukan kristal).
X. Pertanyaan Pasca Praktikum
1. Mengapa Keton tidak bereaksi dengan Tollens?
2. Pada pembuatan larutan Tollens, mengapa perlu
ditambahkan perak nitrat dalam campuran?
3. Warna hijau lumut pada hasil reaksi pembentukan oksim merupakan
tanda dari terbentuknya?
XI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Secara kimia gugus
karbonil adalah salah satu dari gugus fungsi yang mudah menguap. Perbedaan
senyawa aldehid dan keton ditinjau dari segi gugus fungsinya adalah aldehid
memiliki sekurang-kurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada atom karbonnya
dengan rumus umumnya RCOH. Sedangkan keton memiliki dua gugus alkil yang
terikat pada karbonnya dengan rumus umum RCOR. Aldehid dan keton umunya
mengalami reaksi pada gugus krbonil, oleh karena itu struktur dan sifat gugus
karbonil diketahui terlebih dahulu. Gugus karbonil terdiri dari sebuah atom
karbon sp2 yang dihubungkan kesebuah atom O oleh satu ikatandan satu
ikatan. Meski sama-sama merupakan senyawa organik yang memiliki gugus C sp2yang
terhubung dengan O namun dalam penggunaan kedua senyawa ini berbeda-beda.
2. Perbedaan reaksi antara aldehida dan keton yaitu pada
reaksi aldehid lebih cepat berlangsung dibandingkan dengan reaksi keton
walaupun digunakan pereaksi yang sama.
3. Uji kimia untuk membedakan senyawa aldehid dan keton
bisa dilakukan dengan : uji cermin kaca Tollens, uji fehling dan benedict, uji
adisi bisulfit, uji dengan fenilhidrain, pembuatan Kosim, reaksi haloform, dan
kondensasi aldol.
XII. Daftar Pustaka
Achmad, Sumnar, 1989, Kimia
Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 3, Jakarta, Erlangga.
Amalaia, Dian, dkk, 2013, Sintesis Etil Sinamat dari Sinamaldehid pada Minyak Kayu Manis
(Cinnamomum Cassia) dan Uji Aktivitas Sebagai Antidiabetes, Jurnal sains
dan matematika, Vol 21, No 4.
Cahyono, E, 2013, Sintesis
Dimetil Asetal Sitroneal dengan Katalis Gas HCl, Jurnal MIPA, Vol 36, No 1.
Syamsurizal, 2019, Reaksi-Reaksi Aldehid dan Keton, http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/20/reaksi-reaksi-aldehid-dan-keton198/ diakses pada 21 maret 2019
Tim Kimia Organik I, 2016, Penuntun Praktikum Kimia Organik I, Jambi, UNJA.
XIII. Lampiran
Proses pemanasan zat pada Uji Benedict
Hasil dari uji Haloform
Cermin Kaca Hasil Reagent Tollent
Hasil Fenilhidrain dengan Sikloheksanon
Saya Yuli Asriani (039). Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nor 2.
BalasHapusMenurut saya Perak nitrat diperlukan untuk menjadi reagent dalam tollens. Disini perak nitrat mampu mengoksidasi sampel yang akan diuji dan membentuk cermin perak. Dimana cermin ini terbentuk dari Ag+ yang tereduksi menjadi perak atau cermin kaca. Terimakasih
Saya mirna dengan nim 13. Saya akan menjawab permasalahan pada no 3. Warna hijau lumut yang di dapat setelah pengocokkan larutan merupakan bentuk dari akan terbentuknya sikloheksanon oksim
BalasHapusSaya agustri manda sari (A1c117035) akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 1 . Reagent tollens tidak dapat bereaksi dengan keton karena keton tidak mempunyai gugus karbonil OH qtaupun unaur H yang bebas yang bisa diikat oleh reagent Tollens untuk membentuk ikatan CO, oleh karenanya keton tidak dapat bereaksi dengan tollens
BalasHapus