Langsung ke konten utama

Laporan Percobaan - 02 Kalibrasi Termometer dan Penentuan Titik Leleh

VIIIData Pengamatan
8.1 Kalibrasi Termometer
No
Perlakuan
Hasil pengamatan
1
Diukur suhu es menggunakan termometer
0°C
2
Diukur suhu air panas menggunakan termometer
100°C

8.2 Penentuan Titik Leleh
a. Tabel Titik Leleh Berdasarkan Teori
Nama Campuran
Titik Leleh Berdasarkan Teori
Naftalen
79,9°C
Glukosa
146°C
Alpha-naftol
98°C
Asam Benzoat
121°C
Maltosa
102°C
b. Mengukur Titik Leleh Murni ditambah Pengotor (senyawa lain)
Nama Campuran
Titik Leleh dengan 3 Perbandingan
1 : 1
1 : 0,5
1 : 2
Naftalen : Glukosa
140°C - 162°C
90°C - 128°C
120°C – 160°C
Glukosa : Alpha-naftol
145°C - 168°C
150°C - 165°C
145°C - 170°C
Alpha-naftol : Asam Benzoat
148°C - 170°C
160°C - 175°C
119°C - 165°C
Asam Benzoat : Maltosa
160°C - 180°C
148°C - 169°C
100°C - 140°C
Maltosa : Naftalen
145°C - 175°C
138°C - 155°C
129°C - 158°C

IX. Pembahasan
9.1 Kalibrasi Termometer
     Termometer yang merupakan alat pengukuran suhu dingin, suhu normal ataupun panas suatu benda dengan wujud gas, cair, maupun padat haruslah dikalibrasi terlebih dahulu sebelum pengukuran dilakukan. Hasil pengukuran dari sebuah termometer akan menentukan langkah yang dipilih oleh praktikan dalam praktikumnya begitu pula untuk menentukan titik leleh dari zat padat. Sehingga termometer tersebut harus diteliti terlebih dahulu dalam teknisinya supaya dapat digunakan, dengan penetapan kalibrasi yang baku. Kemudian ketika ingin menggunakan sebuah termometer haruslah dilihat terlebih dahulu kondisi dari termometer apakah masih bisa dipakai atau tidak. Dan seorang praktikan harus mencari cara-cara terbaik dalam penyimpanan ataupun ketika penggunaannya agar termometer tidak rusak (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/).
     Termometer yang akan kita gunakan haruslah dikalibrasi terlebih dahulu. Karena dengan pengkalibrasian maka akan terlihat apakah termometer tersebut masih bisa berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak. Pada percobaan kali ini, kami melakukan percobaan kalibrasi termometer sebelum kami gunakan untuk percobaan berikutnya. Zat yang kami gunakan untuk mengukur keakuratan termometer di sini adalah air. Kriteria air yang digunakan di sini haruslah air murni, karena kami telah mengetahui berapa titik didih dari air murni sehingga mudah untuk pengkalibrasian. Karena jika termometer yang kami gunakan hanyalah termometer dengan skala 0°C - 100°C, dan kami gunakan untuk mengukur suhu air yang tidak murni misalnya air gula atau air teh yang kami tidak ketahui berapa titik didihnya, maka kalibrasi akan gagal. Pada percobaan ini kami memasukkan termometer ke dalam erlenmeyer yang sudah dimasukkan air es dan menyumbatnya dengan gabus. Tujuan penyumbatan ini adalah agar es terisolasi serta suhu yang diperoleh tidak terpengaruh dengan suhu ruangan. Saat pengukuran, jarum termometer turun sampai menunjukkan sangka 0°C. Kemudian setelah kami ulangi kembali dari awal dengan langkah yang sama, tetap di dapatkan hasil yang sama yaitu suhu 0°C. mengapa perlu dilakukan pengulangan? Karena ditakutkan hasil pengukuran pertama tidak akurat dan bila hasil pengukuran kedua berbeda dengan hasil pertama maka termometer bisa dinyatakan rusak. Selanjutnya, kami memanaskan air aquades di dalam erlenmeyer dan disumbat menggunakan gabus serta memasukkan termometer kedalamnya. Semakin lama, pada termometer tampak suhu semakin naik hingga mencapai 100°C ketika air mulai mendidih. Kami menunggu beberapa satu kurang lebih 1 menit, dan suhu masih sama yaitu 100°C yang artinya suhu konstan. Kemudi kami mengulangi prosedur pemanasan air dari awal pemanasan, dan suhu yang didapat sama dengan percobaan pertama serta termometer menunjukkan suhu yang sama dengan titik didih air yaitu 100°C. Berdasarkan hasil tersebut maka dapatlah disimpulkan bahwa termometer tersebut masih layak untuk digunakan untuk percobaan berikutnya.
9.2 Penentuan Titik Leleh
     Pada percobaan kedua yaitu menentukan titik leleh, kami melakukan pengukuran titik leleh pada sampel murni yang kami campurkan dengan senyawa murni lain dengan berbagai perbandingan. Adapun sampel yang kami gunakan yaitu Naftalen, Glukosa, Alpha-naftol, Asam Benzoat, dan Maltosa. Pada percobaan ini kami menggunakan 3 macam perbandingan untuk setiap sampel yaitu 1:1, 1:0,5 dan 1:2. Tujuan pencampuran dengan kadar yang berbeda yaitu untuk mengetahui berapa titik leleh yang akan di dapat dan berapa lama proses pelelehan sampel dibandingkan dengan titik leleh sampel ketika dalam bentuk murni. Pada pengukuran titik leleh ini, kami memasukkan sampel zat ke dalam tabung reaksi dan mengukur titik lelehnya ketika penangasan. Seharusnya pada percobaan ini kami menggunakan MPA (Melting Point Apparatus) dalam pengukuran, namun dikarenakan saat praktikum listrik mati, maka kami menggunakan cara manual.
     Pada perbandingan pertama yaitu 1:1, kami mencampurkan naftalena : glukosa, glukosa : alpha-naftol, alpha-naftol : asam benzoat, asam benzoat : maltosa, dan maltosa : naftalena. Pada pengukuran naftalena : glukosa, dimana naftalena merupakan sampel dasar yang digunakan, kami mendapatkan suhu mulai meleleh ketika 140°C dan sampel meleleh seluruhnya ketika suhu mencapai 162°C, jadi rentang pelelehan yaitu sebesar 22°C. Sedangkan titik leleh naftalena berdasarkan teori yaitu 79,9°C. Kemudian pada pencampuran glukosa : alpha-naftol dengan glukosa sebagai bahan dasarnya, di dapatkan suhu ketika mulai meleleh yaitu 145°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 168°C, jadi rentang pelelehan nya yaitu 23°C. Sedangkan titik leleh glukosa berdasarkan teori yaitu 146°C. Ketiga yaitu pencampuran alpha-naftol : asam benzoat, dimana alpha-naftol sebagai bahan dasarnya, di dapatkan suhu ketika mulai meleleh yaitu 148°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 170°C, jadi rentang pelelehan nya yaitu 22°C. Sedangkan titik leleh alpha-naftol berdasarkan teori yaitu 98°C Selanjutnya pencampuran asam benzoat : maltosa, dengan asam benzoat sebagai bahan dasarnya. Di dapatkan suhu ketika mulai meleleh yaitu 160°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 180°C, jadi rentang pelelehan nya yaitu 20°C. Sedangkan titik leleh asam benzoat berdasarkan teori yaitu 121°C. Terakhir pencampuran maltosa : naftalena, dengan maltosa sebagai bahan dasarnya. Di dapatkan suhu ketika mulai meleleh yaitu 145°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 175°C, jadi rentang pelelehan nya yaitu 30°C. Sedangkan titik leleh maltosa berdasarkan teori yaitu 102°C.
   Perbandingan kedua yaitu 1:0,5 kami mencampurkan zat yang sama. Pertama yaitu pada pengukuran naftalena : glukosa, di mana naftalena dengan kadar 1 sudip dan glukosa 0,5 sudip. Kami mendapatkan suhu mulai meleleh ketika 90°C dan sampel meleleh seluruhnya ketika suhu mencapai 128°C, jadi rentang pelelehan yaitu sebesar 38°C. Kemudian pada pencampuran glukosa : alpha-naftol dengan glukosa 1 sudip dan alpha-naftol 0,5 sudip, di dapatkan suhu ketika mulai meleleh yaitu 150°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 165°C, jadi rentang pelelehan nya yaitu 15°C. Ketiga yaitu pencampuran alpha-naftol : asam benzoat, dimana alpha-naftol 1 sudip dan asam benzoat 0,5 sudip, di dapatkan suhu ketika mulai meleleh yaitu 160°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 175°C, jadi rentang pelelehan nya yaitu 15°C. Selanjutnya pencampuran asam benzoat : maltosa, dengan asam benzoat 1 sudip dan maltosa 0,5 sudip. Di dapatkan suhu ketika mulai meleleh yaitu 148°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 169°C, jadi rentang pelelehan nya yaitu 21°C. Terakhir pencampuran maltosa : naftalena, dengan maltosa 1 sudip dan naftalena 0,5 sudip. Di dapatkan suhu ketika mulai meleleh yaitu 138°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 155°C, jadi rentang pelelehan nya yaitu 17°C.
   Perbandingan ketiga yaitu 1:2 kami mencampurkan kembali zat yang sama. Pertama yaitu pengukuran naftalena : glukosa, di mana naftalena dengan kadar 1 sudip dan glukosa 2 sudip. Kami mendapatkan suhu mulai meleleh ketika 120°C dan sampel meleleh seluruhnya ketika suhu mencapai 160°C, jadi rentang pelelehan yaitu sebesar 40°C. Kemudian pada pencampuran glukosa : alpha-naftol dengan glukosa 1 sudip dan alpha-naftol 2 sudip, di dapatkan suhu ketika mulai meleleh yaitu 145°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 170°C, jadi rentang pelelehan nya yaitu 25°C. Ketiga yaitu pencampuran alpha-naftol : asam benzoat, dimana alpha-naftol 1 sudip dan asam benzoat 2 sudip, di dapatkan suhu ketika mulai meleleh yaitu 119°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 165°C, jadi rentang pelelehan nya yaitu 46°C. Selanjutnya pencampuran asam benzoat : maltosa, dengan asam benzoat 1 sudip dan maltosa 2 sudip. Di dapatkan suhu ketika mulai meleleh yaitu 100°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 140°C, jadi rentang pelelehan nya yaitu 40°C. Terakhir pencampuran maltosa : naftalena, dengan maltosa 1 sudip dan naftalena 2 sudip. Di dapatkan suhu ketika mulai meleleh yaitu 129°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 158°C, jadi rentang pelelehan nya yaitu 29°C.
    Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa dengan semakin banyak kadar pencampur di dalam sampel murni, semakin lama pulalah rentang terjadinya pelelehan. Adapun faktor pendukung proses pelelehan yaitu adanya interaksi gaya kohesif atau reaksi kimiawi yang memerlukan waktu dalam prosesnya melelehkan sampel, sehingga menyebabkan waktu yang dibutuhkan semakin lama. 

X. Pertanyaan Pasca Praktikum
1. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, apa alasan digunakan air murni bukan air yang mengandung pengotor?
2. Pada hasil penentuan titik leleh, mengapa rentang suhu pelelehan pada perbandingan 1:2 lebih besar dibandingkan pada perbandingan 1:0,5?
3. Apa faktor pendukung dalam penentuan titik leleh?

XI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pada penetuan titik leleh, tingkat kemurnian suatu zat dapat digambarkan saat zat mulai meleleh sampai semua zat meleleh semua. Semakin cepat zat tersebut meleleh maka tingkat kemurnian zat tersebut semakin tinggi.
2. Dalam melakukan kalibrasi termometer, pertama-tama termometer dimasukkan kedalam es untuk melihat suhu termometer turun ke angka nol. Kemudian selanjutnya dimasukkan termometer kadalam air panas untuk melihat jarum termometer bergerak ke angka 100. Pada pengkalibrasian harus menggunakan air murni karna jika air campuran maka titik didihnya pun akan berbeda dan proses pemanasan akan berlangsung lama.
3. Pada senyawa tidak murni, titik lelehnya jauh berbeda dengan senyawa murni, dan semakin besar kadar pengotor yang ditabahkan maka titik lelehnya pun semakin besar.
4. Adapun senyawa murni yang kami gunakan pada penentuan titik leleh yaitu naftalen, glukosa, alpa-naftol, asam benzoat dan maltosa.

XII. Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2013. Kimia Analitik Kualitatif. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Mukarimah. 2013. Ekstraksi Senyawa Organik. Palembang Universitas Sriwijaya. Vol 09. No. 01.

Supu, Idawati, dkk. 2016.  Pengaruh Suhu Terhadap Perpindahan Panas pada Material yang Berbeda. Jurnal Dinamika. Vol. 07. No. 01.

Syamsurizal. 2019. Kalibrasi Termometer dan Penentuan Titik Leleh. http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/26/70/ dikunjungi 27 Februari 2019.

Tim Kimia Organik I. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi : Universitas Jambi.


XIII. Lampiran
Pengkalibrasian Termometer dalam Air Es

Pemanasan Air Untuk Kalibrasi Dalam Air Panas

5 Bahan Dalam Uji Titik Leleh

Pengukuran Titik Leleh Secara Manual

Pengukuran Titik Leleh Menggunakan MPA

Komentar

  1. Saya, Agnes Monika Situmorang (A1C117059), akan menjawab pertanyaan nomor 1. Alasan digunakan air murni bukan air yang mengandung pengotor yaitu karena air murni telah kita ketahui titik didihnya. Sehingga dapat digunakan termometer yang sesuai. Dan bila air yang digunakan adalah air campuran seperti air gula, dan termometer yang digunakan hanya berskala 0-100, maka hasil pengkalibrasian tidak akan di dapat. Jadi harus memperhatikan zat yang digunakan serta termometer yang akan diuji.

    BalasHapus
  2. Nama saya dinda anggun (A1C117079) saya mencoba menjawab pertanyaan nomor 2. menurut saya,karena semakin banyak campuran pada sampel maka mengakibatkan suhu pelelehan semakin tinggi.jadi pada perbandingan 1:2 yang lebih lama dibandingkan 1:0,5

    BalasHapus
  3. Muhammad Yamin (047) No 3. Pada penentuan titik leleh terjadi gaya kohesif atau interaksi kimiawi yang memerlukan waktu untuk pencampuran, maka hal tersebutlah yang akan menentukan titik leleh suatu sampel yang bercampur

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biosintesis Metabolit Primer dan Sekunder

Pada organisme hidup, terjadi proses perubahan dari molekul yang sederhana menjadi molekul yang kompleks dengan melalui proses metabolisme dengan produk hasilnya merupakan suatu metabolit, proses yang terjadi ini disebut dengan Biosintesis. Proses biosintesis ini terjadi di organel sel tunggal dan juga di organel sel ganda dimana prosesnya dibantu oleh kerja enzim. Reaksi yang terjadi di dalam organisme hidup ini baik reaksi sederhana sampai di tingkat sel, itulah yang dinamakan dengan Metabolisme . Secara sederhananya, metabolisme adalah proses yang berlangsung dalam tubuh untuk mendapatkan energi. Ketika makanan masuk melalui mulut dan masuk ke saluran pencernaan, maka zat gizi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi akan diubah menjadi energi untuk melakukan aktivitas tubuh. Proses metabolisme ini kemudian untuk bahan dasar dalam menyusun lipid, asam nukleat, dan jenis karbohidrat lain. Metabolisme pada tanaman dibagi menjadi 2, yaitu metabolisme primer dan metabolisme

Keragaman dan Keunikan Struktur Terpenoid

Sebelumnya kita telah membahas mengenai metabolisme primer dan juga sekunder. Dimana tumbuhan tersebut mengalami metabolisme dan kemudian dijadikan sebagai obat-obat tradisional. Dari berbagai jenis tanaman ini banyak mengandung Alkaloid, Terpenoid, Steroid, Flavonoid, dan Safonin. Terpenoid merupakan hasil metabolisme sekunder yaitu turunan dari isopren dan di dapatkan dari hasil penyulingan minyak atsiri. Terpenoid tersusun dari atom karbon dan hidrogen. Jadi, minyak atsiri yang merupakan jenis bunga, mulanya ditemukan melalui perbandingan atom karbon dan hidrogen dengan perbandingan 8 : 5, maka disimpulkanlah bahwa minyak atsiri merupakan golongan terpenoid. Terpenoid merupakan penghasil obat terbesar bila dibandingkan dengan alkaloid, terpenoid dan lainnya. Kaidah dasar enentuan struktur Terpenoid di dapat dari susunan kepala-ke-ekor yaitu susunan isopren. Terpenoid mempunyai turunan yaitu Taksodon dan Vernomenin yang pada manusia bermanfaat sebagai pencegah berkembangnya tu

Jurnal Percobaan - 05 Reaksi-Reaksi Aldehida dan Keton

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I Penyusun Novela Melinda (A1C117007) Dosen Pengampu Dr. Drs. Syamsurizal, M.Si PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2019 PERCOBAAAN - 05 I. Judul : Reaksi Reaksi Aldehida dan Keton II. Hari / Tanggal : Sabtu / 23 Maret 2019 III. Tujuan : Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah : 1. Untuk memahami asas - asas reaksi senyawa karbonil. 2. Untuk memahami perbedaan reaksi antara aldehida dan Keton. 3. Untuk menjelaskan jenis jenis pengujian kimia sederhana yang dapat membedakan aldehid dan Keton. IV. Landasan Teori Gugus karbonil dimilki oleh aldehida dan keton yaitu C=O. Sifat reaksi umum dari aldehida dan keton ini sama dengan sifat dari gugus karbonil, seperti dalam suatu pereaksi yang sama, jika aldehida dan keton direaksikan dalam pereaksi tersebut maka a