VIII. Data Pengamatan
IX. Pembahasan
X. Pertanyaan Pasca Praktikum
XI. Kesimpulan
XII. Daftar Pustaka
Fessenden, Ralph J, dkk., 1997, Dasar-dasar Kimia Organik, Jakarta : Bina Aksara.
Lukitaningsih, Endang, dkk, 2001, Analisis Kandungan Senyawa Hidrokarbon Polisiklik Aromatik
dalam Daging Olahan, Majalah Farmasi Indonesia, Vol 12, No 3.
Respati, 1986, Pengantar Kimia Organik Jilid I, Jakarta : Aksara Baru.
Syamsurizal, 2019, Reaksi-Reaksi Hidrokarbon, http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/01/21/reaksi-reaksi-hidrokarbon/ dikunjungi pada tanggal 15 Maret 2019
Tim Kimia Organik I, 2016, Penuntun Praktikum Kimia Organik I, Jambi : Universitas Jambi.
XIII. Lampiran
8.1 Klor dalam Karbon Tetraklorida
No
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1
|
Ke dalam 2
tabung reaksi dimasukkan 1ml bensin (alkana), ditambahkan masing-masing 15
tetes hcl pekat, diguncang
|
Warna larutan
kuning jernih
|
2
|
Tabung 1
diletakkan di tempat terang, tabung 2 diletakkan di tempat gelap selama 5
menit
|
Ø Tabung 1, warna larutan memudar dengan cepat
Ø Tabung 2, warna larutan semakin pekat dengan waktu
lebih lambat
|
3
|
Kedua tabung
ditiup
|
Ø Tabung 1, mengeluarkan asap banyak
Ø Tabung 2, mengeluarkan asap lebih sedikit
|
4
|
Dicelupkan
lakmus merah di kedua tabung
|
Warna lakmus
tetap merah
|
5
|
Tabung reaksi
lain, dimasukkan 1 ml benzena (alkena) ditambah 15 tetes HCl, dikocok
|
Terjadi 2 fasa
dan mengeluarkan asap
|
6
|
Tabung reaksi
lain, dimasukkan 1 ml benzena ditambahkan 1ml HCl, dikocok
|
Terjadi 2 fasa
(atas jernih, bawah keruh)
|
8.2 Klorinasi
No
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1
|
Tabung reaksi
1, dimasukkan 1 ml benzena ditambah 3 tetes HCl
|
Warna larutan
kuning bagian atas dan bening di bagian bawah
|
2
|
Dipanaskan dalam
penangas air (15°C)
|
Warna larutan menjadi
bening dan muncul seperti minyak, ada gelembung
|
3
|
Tabung reaksi
2, dimasukkan serbuk besi, ditambahkan 1 ml benzena
|
Serbuk besi
turun ke dasar tabung
|
4
|
Diteteskan HCl
3 tetes
|
Warna kuning
pudar
|
5
|
Dipanaskan di
dalam penangas air (15°C)
|
Warna larutan menjadi
bening dengan cepat, muncul gelembung, serbuk besi berkarat
|
8.3 Larutan Kalium Permanganat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1
|
Tabung reaksi
1, dimasukkan 1 ml KMnO4 ditambahkan 5 tetes bensin (alkana),
dikocok
|
Warna awal
ungu, setelah ditambah Bensin warna menjadi merah betadine, terdapat
gelembung
|
2
|
Tabung reaksi
2, dimasukkan benzena ditambahkan 2 ml KMnO4, dikocok
|
Terjadi 2
fasa, atas bening, bawah ungu
Tidak ada
reaksi lain
|
8.4 Asam Sulfat Pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1
|
Tabung reaksi
1, dimasukkan 2 ml asam sulfat pekat, ditambahkan 10 tetes n-heksana
(alkana), dikocok
|
Terjadi 2 fasa
dimana kedua asa sama-sama bening, terdapat busa
|
2
|
Tabung reaksi
2, dimasukkan 2 ml asam sulfat pekat, ditambah 10 tetes benzena (alkena),
dikocok
|
Larutan menjadi
keruh, terdapat busa, setelah didiamkan terdapat 3 lapisan (kuning, bening,
kuning)
|
8.5 Asam Nitrat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1
|
Tabung reaksi besar,
dimasukkan 0,5 ml benzena + 4 ml asam nitrat pekat + batu didih
|
Warna larutan
bening
|
2
|
Di didihkan
selama 2 menit
|
Warna menjadi
kuning jernih
|
3
|
Dimasukkan ke
dalam gelas kimia berisi 5 gr es batu, dicium bau dan dibandingkan dengan bau
Niro benzena
|
Bau semir
sepatu, setelah dibandingkan, baunya sama
|
8.6 Bahan Tak Dikenal
No
|
Perlakuan
|
Hasil
Pengamatan
|
1
|
Tabung reaksi
1, 2 ml senyawa tak dikenal + 2 ml air
|
Terjadi 2 fasa
|
2
|
Tabung reaksi
2, 2 ml senyawa tak dikenal + 2 ml H2SO4
|
Terjadi 2
fasa, atas keruh bawah jernih
|
3
|
Tabung reaksi
3, 2 ml senyawa tak dikenal + 2 ml kloroform
|
Terbentuk seperti
cincin melengkung
|
IX. Pembahasan
Banyak sekali manfaat dari hidrokarbon ini yang sering kita
butuhkan dalam kehidupan sehari-hari salah satunya seperti untuk peralatan
dapur dan juga bahan bakar kendaraan bermotor. Bahan senyawa hidrokarbon yang
kita gunakan itu bisa berasal dari oksidasi sempurna dan bisa juga dari
oksidasi atau disebut juga pembakaran tidak sempurna. Dalam pembakaran atau
oksidasi tidak sempurna, dapat dicari apa saja penyebabnya serta bagaimana
ciri-cirinya melalui sebuah pengamatan. Dan pada oksidasi sempurna dapat pula
dilakukan pengamatan untuk mendapatkan faktor apa yang menyebabkan sehingga
pembakaran bisa berlangsung secara sempurna. Dalam reaksi hidrokarbon dapat
digunakan katalis untuk mengubah rantai lurus menjadi memiliki cabang atau isomerisasi (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/01/21/reaksi-reaksi-hidrokarbon/).
9.1 Klor dalam Karbon Tetraklorida
Pada percobaan ini kami melakukan 3 jenis reaksi di dalam
4 tabung reaksi, dimana 2 tabung digunakan untuk menguji pengaruh cahaya
terhadap jalannya reaksi, 1 tabung untuk menguji reaksi antara alkena dan klor,
dan 1 tabung lagi untuk melihat reaksi antara benzena dan klor. Pada percobaan
pertama, yaitu menggunakan 2 tabung reaksi. Kami memasukkan campuran
berdasarkan yang tertera pada data pengamatan ke dalam 2 tabung. Mengapa kami
menggunakan bensin di sini yaitu sebagai sampel alkana. kemudian tabung 1 kami
biarkan di luar ruangan agar terkena sinar matahari dan tabung 2 kami bungkus
menggunakan alumunium foil. Pada tabung 1 yaitu yang diletakkan di tempat
terang mengalami perubahan warna larutan menjadi pudar dengan durasi cepat. Sedangkan
tabung 2 yang dibungkus alumunium foil reaksinya lebih lambat dan warna larutan
menjadi semakin pekat dari warna awal. Hal ini disebabkan pada reaksi yang
dipengaruhi oleh cahaya akan menghasilkan molekul-molekul baru sedangkan pada
reaksi yang tidak dipengaruhi cahaya tidak. Sehingga pada tabung 1 akan menghasilkan
senyawa HCl (hidrogen klorida) dan juga radikal bebas. Adapun reaksi yang
terjadi yaitu :
Selanjutnya kami meniup kedua tabung dan keluarlah asap
dari keduanya yang menandakan bahwa benar terdapat hidrogen klorida. Dan terakhir
untuk membuktikan keberadaan hidrogen klorida, kami mencelupkan lakmus merah ke
dalam tembung 1 dan tabung 2, dan kedua lakmus tidak berubah warna yang artinya
kedua larutan tersebut bersifat asam. Pada percobaan kedua dan ketiga yaitu
kami mereaksikan benzena dengan HCl pekat. Benzena pada tabung kedua kami
gunakan sebagai sampel alkena. Pada percobaan 2 dan 3 ini hasil yang kami
dapatkan yaitu terjadi 2 fasa pada campuran. Dimana pada percobaan 2 kedua fasa
berwarna bening sedangkan pada percobaan 3 bagian atas bening dan bagian bawah
keruh. Terbentuknya 2 fasa di sini menandakan bahwa alkena tidak dapat beraksi
dengan HCl. Hal ini dikarenakan benzena bersifat non Polar sedangkan HCl adalah
senyawa Polar, sehingga kedua larutan tidak dapat bercampur. Kemudian setelah
kami mencari nilai massa jenis dari benzena dan HCl yaitu berturut-turut 876 kg/m³ dan 424,44 kg/m³, maka terlihat bahwa massa jenis benzena lebih besar
sehingga dapat disimpulkan bahwa pada lapisan bawah merupakan senyawa benzena dan
lapisan atas merupakan HCl.
9.2 Klorinasi
Pada percobaan ini kami menggunakan 2 buah tabung reaksi.
Dimana pada tabung 1 kami mencampurkan benzena dengan HCl dan pada tabung 2
kami menambahkan serbuk besi kemudian ditambah benzena dan HCl. Pada kedua
tabung, kami mendapati terbentuknya 2 fasa setelah proses pemanasan yaitu pada
lapisan atas bening dan lapisan bawah terbentuk seperti minyak. Tetapi pada tabung
kedua, reaksi lebih cepat terjadi dan serbuk besi menguning. Hal ini
dikarenakan pada tabung kedua direaksikan serbuk besi dengan asam kuat, dimana
kita ketahui bahwa korosi terjadi dipengaruhi oleh suhu dan keasaman. Semakin tinggi
suhu maka korosi akan semakin cepat, dan semakin asam larutan maka besi akan
semakin cepat berkarat. Adapun persamaan reaksi antara besi dan asam klorida
yaitu :
Kemudian pada tabung kedua juga terdapat
gelembung-gelembung pada proses pemanasan yang menandakan adanya terdapat
hidrogen klorida yang dibebaskan.
9.3 Larutan Kalium Permanganat
Pada percobaan ini bertujuan untuk menguji kereaktifan
bensin (C6H18) sebagai sampel alkana dan benzena sebagai
sampel alkena dengan KMnO4 yang bertindak sebagai katalis. Kami menggunakan
2 tabung reaksi yaitu tabung pertama untuk campuran 1ml KMnO4 dan 5
tetes bensin, tabung kedua untuk campuran 1ml KMnO4 dan benzena. Pada
hasil tabung pertama, dihasilkan gelembung dan warna larutan yang semula ungu,
setelah didiamkan menjadi merah betadine. Hal ini menandakan bahwa terjadi
reaksi kimia pada campuran ini yaitu dengan adanya perubahan warna, dan dapat
disimpulkan bahwa alkana dengan kalium permanganat dapat beraksi. Kemudian pada
tabung kedua, di dapatkan terjadi 2 fasa dimana pada bagian atas bening dan
bagian bawah ungu dengan cincin pada bagian bawah. Dimana pada tabung kedua
terjadi reaksi adisi yaitu pemutusan ikatan rangkap menjadi tunggal. Hal ini
dikarenakan ikatan rangkap 2 memiliki ikatan yang lemah.
9.4 Asam Sulfat Pekat
Pada percobaan ini kami menggunakan 2 buah tabung reaksi.
Dimana pada percobaan ini Aan dihasilkan akil hidrosulfat. Pada tabung 1
dicampurkan 2 ml asam sulfat pekat dengan 10 tetes n-heksana (sampel alkana),
dan tabung 2 dicampurkan 2 ml asam sulfat pekat dengan 10 tetes benzena (sampel
alkena). Pada tabung 1, hasil yang di dapatkan yaitu terbentuk busa pada
larutan setelah pengocokan dan terbentuk 3 lapisan setelah didiamkan beberapa menit
yaitu lapisan atas berwarna kuning, lapisan tengah bening, dan lapisan bawah
kuning. Kemudian pada tabung 2 hasil yang didapat yaitu setelah dikocok timbul
busa pada permukaan larutan dan terbentuk 2 lapisan dimana bagian atas bening
dan bawah juga bening. Busa yang muncul pada kedua tabung reaksimenendakan
terbentuknya alkil hidrosulfat. Jadi dapat disimpulkan bahwa percobaan ini
berhasil.
9.5 Asam Nitrat
Pada percobaan ini kami mencampurkan benzena dengan asam
nitrat pekat, dimana reaksi ini disebut juga dengan xantoprotein yang digunakan
untuk menunjukkan kandungan benzena. Kami mencampurkan 0,5 ml benzena dengan 4
ml asam nitrat pekat yang semulanya berwarna bening, kemudian kami memanaskan
campuran ini, dan warna larutan berubah
menjadi kuning. Perubahan warna ini terjadi karena inti benzena yang terdapat
pada molekul protein di nitrasi. Pada larutan kuning ini juga terdapat seperti
kuning ada bagian bawah tabung. Fungsi pencampuran asam nitrat di sini adalah
agar dapat memecahkan protein menjadi benzena. Dan hasil yang didapatkan
menunjukkan positif dengan berubahnya warna larutan menjadi kuning. Kemudian
kami mencium bau larutan ini, dan baunya seperti semir sepatu. Dan setelah itu
membandingkan dengan bau pada
nitrobenzena, dan ternyata sama. Yang artinya kedua larutan ini adalah senyawa
yang sama, dan dapat disimpulkan bahwa asam nitrat direaksikan dengan benzena akan
terjadi reaksi nitrasi yang menghasilkan senyawa nitrobenzena. Adapun persamaan reaksi yang terjadi yaitu :
9.6 Bahan Tak Dikenal
Pada percobaan terakhir, kami menggunakan 3 buah tabung
reaksi. Dimana uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi nama senyawa apa yang
digunakan. Pada tabung pertama kami mencampurkan bahan tak dikenal dengan air,
tabung kedua kami mencampurkan bahan tak dikenal dengan asam sulfat pekat dan
tabung ketiga kami mencampurkan bahan tak dikenal dengan kloroform. Pada hasil
tabung pertama, terlihat bahwa terbentuk 2 fasa yang artinya kedua senyawa ini
tidak bereaksi. Pada tabung kedua juga demikian, terdapat 2 fasa dimana lapisan
atas bening dan lapisan bawah keruh. Kemudian pada tabung ketiga, pada campuran
terbentuk cincin pada bagian tengah larutan. Berdasarkan hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa bahan tak dikenal ini bersifat non polar, dimana dapat
dibuktikan dengan tidak bercampurnya bahan tak dikenal di dalam air dan asam
sulfat pekat yang merupakan senyawa polar. Kemudian bahan tak dikenal memiliki
struktur cincin yang dibuktikan dengan terdapatnya cincin pada campuran bahan
tak dikenal dengan kloroform. Jadi dapat disimpulkan bahwa bahan tak dikenal
ini merupakan senyawa non polar dan memiliki struktur cincin, maka bahan tak
dikenal ini merupakan Benzena.
X. Pertanyaan Pasca Praktikum
1. Mengapa senyawa tak dikenal bisa dikatakan sebagai
benzena?
2. Berdasarkan hasil pengamatan percobaan klor dalam
karbon tetraklorida, mengapa bisa disimpulkan bahwa lapisan atas merupakan
benzena dan lapisan bawah merupakan HCl?
3. Apa bukti bahwa terjadi reaksi sulfonasi pada uji
asam sulfat pekat?XI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa :
1. Pada alifatik jenuh memiliki sifat kimia yaitu ketika
rantai karbonnya semakin panjang maka dalam reaksi pun akan semakin lama
terjadi dan proses pendidihannya akan semakin membutuhkan waktu lama. Pada alifatik
tak jenuh reaksinya terjadi lebih cepat dibandingkan dengan alifatik jenuh
dikarenakan pada alifatik tak jenuh memiliki ikatan rangkap. Selanjutnya senyawa
aromatik jika dibandingkan dengan senyawa alifatik maka aromatik ini termaksud
kurang reaktif dikarenakan bersifat non Polar. Senyawa aromatik juga merupakan
senyawa yang mudah terbakar.
2. Jenis-jenis reaksi kimia pada hidrokarbon ada 4
yaitu reaksi oksidasi (terjadi pada alifatik jenuh yang bereaksi dengan oksigen
menghasilkan CO2 dan H2O), reaksi substitusi (yaitu
reaksi penggantian gugus fungsi yang terikat dengan atom karbon C), reaksi
adisi (yaitu penggantian ikatan rangkap pada alifatik tak jenuh, misalnya lakuna
di adisi menjadi alkena, alkena di adisi menjadi alkana), dan terakhir yaitu
reaksi eliminasi (melepaskan atom atau gugus atom kemudian menciptakan molekul
baru.
3. Teknik pengujian pada alkana, alkena dan alkuna dapat
dilakukan dengan mereaksikan dengan Clor, oksidator permanganat, dan asam
sulfat. Pada pereaksi asam klorida, alkana bereaksi lambat bahkan tidak bereaksi dalam keadaan gelap dibandingkan
alkena yang dapat beraksi dan tik memerlukan bantuan cahaya. Kemudian pada
oksidator permanganat alkana juga agak lambat dibandingkan dengan alkena yang
sangat cepat mengalami oksidasi. Selanjutnya ketika direaksikan dengan asam
sulfat, alkana juga lambat beraksi dengan asam sulfat pekat dingin sedangkan
alkena bereaksi cepat dengan asam sulfat dengan reaksi adisi.
XII. Daftar Pustaka
Fessenden, Ralph J, dkk., 1997, Dasar-dasar Kimia Organik, Jakarta : Bina Aksara.
Lukitaningsih, Endang, dkk, 2001, Analisis Kandungan Senyawa Hidrokarbon Polisiklik Aromatik
dalam Daging Olahan, Majalah Farmasi Indonesia, Vol 12, No 3.
Respati, 1986, Pengantar Kimia Organik Jilid I, Jakarta : Aksara Baru.
Syamsurizal, 2019, Reaksi-Reaksi Hidrokarbon, http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/01/21/reaksi-reaksi-hidrokarbon/ dikunjungi pada tanggal 15 Maret 2019
Tim Kimia Organik I, 2016, Penuntun Praktikum Kimia Organik I, Jambi : Universitas Jambi.
XIII. Lampiran
Hasil uji Kalium Permanganat dicampur bensin
Hasil uji Kalium Permanganat dengan Benzena
Hasil uji bahan tak dikenal
Hasil Uji Asam Sulfat
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2. Karena jika dilihat dari massa jenisnya, maka massa jenis benzena lebih besar dibanding dengan massa jenis HCl yaitu benzen 876kg/m3 sedangkan HCl yaitu 424,44 kg/m3. Oleh karena nya HCl lah yang berada di lapisan atas dan benzena dilapisan bawah pada campuran tersebut (sheila sagita, 09).
BalasHapusPutri ayu indah kestari (05) akn mencoba menjawab pertanyaan nomor 1. Berdasarkan hasil pengamtan terlihat bahwa benzen dan air tidak tercampur begitu pula dengan benzen dicampur dengan asam sulfat pekat. Hal ini dikarenakan benzena merupakan senyawa non polar sehingga ketika direaksikan dengan air dan asam sulfat pekat yang merupakan senyawa polar maka terbentuklah 2 fasa yang menandakan bahwa senyawa tersebut tidak bereaksi. Kemudian, kita ketahui bahwa salah satu ciri-ciri benzena yaitu memiliki struktur berbentuk cincin. Dan jika dilihat dari hasil percobaan, pada reaksi benzen dengan kloroform terbentuk cincin pada larutan. Maka semakin memperkuat bahwa senyawa tak dikenal tersebut adalah benzena.l
BalasHapussaya Erwin Pasaribu (A1C117003) akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 3. bukti dari terjadinya reaksi sulfonasi ialah timbulnya busa pada akhir percobaan yang berarti percobaan tersebut menghasilkan alkil sulfonat. terimakasih
BalasHapus