VIII. Data Pengamatan
8.1 Analisa unsur
8.1.1 Karbon dan Hidrogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Ditempatkan
1-2 gram serbuk CuO kering di atas pemanas bunsen
|
Warna CuO hitam
dan tidak ada terjadi perubahan
|
2
|
Dicampurkan
dengan gula (1/10 jumlah CuO)
|
Gula larut
|
3
|
Dialirkan melalui
pipa ke tabung yang berisi 10ml Ca(OH)₂ lalu dipanaskan
|
Terdapat uap
air dan gelembung gas pada tabung reaksi
|
8.1.2 Halogen
a. Tes Beilsten
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dipanaskan
kawat tembaga
|
warna kawat
menjadi kemerah-merahan
|
2
|
Di dinginkan,
ditetesi 2 tetes benzena, dipijarkan
|
Ada bau gas
dan warna merah pudar dan akhirnya kembali putih
|
b. Tes CaO
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dipanaskan sejumlah
CaO sampai suhu tinggi
|
CaO berbentuk
gumpalan / padatan
|
2
|
Saat masih
panas, ditambahkan 2 tetes benzena
|
Tercium bau
gas menyengat dan terdapat uap air di pinggir bagian dalam tabung
|
3
|
Setelah dingin,
didihkan dengan 5ml air suling
|
Larutan menjadi
keruh
|
4
|
Dituangkan ke
dalam gelas kimia dan dilarutkan dalam HNO₃ encer
|
Muncul gelembung
dan larutan jernih
|
8.1.3 Metode leburan dengan Natrium
a. Belerang
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Diasamkan 3ml
larutan L (NaOH) dengan asam asetat
|
Warna larutan
bening
|
2
|
Di didihkan,
diperiksa dengan kertas saring basah yang telah ditetesi Pb-asetat 10%
|
Larutan naik
ke permukaan tabung mendekati kertas saring, terdapat gelembung-gelembung
seperti minyak
|
3
|
Larutan L
lainnya ditambahkan 1-2 tetes larutan Na-nitroprosida
|
Larutan berubah
warna dari bening ke kuning pudar
|
b. Nitrogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
|
Larutan
L (Amoniak)
|
Larutan
L (Putih telur)
|
||
1
|
3 ml larutan L ditambahkan 5 tetes larutan
FeSO₄
|
Terdapat gumpalan cokelat kehitaman
|
Warna kuning emas pudar
|
2
|
Ditambahkan 1 tetes larutan FeCl₃
|
Di tengah-tengah terdapat minyak kekuningan
|
Warna kuning emas sedikit pekat
|
3
|
Ditambahkan 5 tetes larutan KF 10%
|
Gumpalan menjadi buyar
|
Warna kuning emas pekat
|
4
|
Ditambahkan 1-2 ml larutan NaOH 10%, lalu
di didihkan
|
Gumpalan berkumpul ke bawah (mengendap), saat
di didihkan larutan menjadi putih susu
|
Warna perlahan menjadi biru, saat dididihkan
meletup-letup
|
5
|
Diasamkan dengan asam sulfat encer
|
Larutan berwarna biru berlin
|
Warna menjadi biru Berlin, bagian permukaan
warna kuning pudar
|
c. Halogen
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Diasamkan 3ml
larutan L dengan larutan HNO₃ encer
|
Tidak terjadi
reaksi
|
2
|
Di didihkan
selama 1 menit
|
Terjadi letupan-letupan
|
3
|
Ditambahkan 5
ml larutan AgNO₃
encer, dilanjutkan pendidihan
|
Warna abu-abu
kecokelatan, saat di didihkan kembali timbul banyak endapan halus
|
8.2 Penentuan kelas kelarutan
8.2.1 Kelarutan Gula
a. Kelarutan gula dalam air
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1
gram gula, ditambahkan 3 ml air suling, dikocok
|
Larutan jernih, gula larut
dalam air (+)
|
b. Kelarutan gula dalam eter (benzena)
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1
gram gula, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok
|
Larutan
jernih, gula masih ada (+)
|
c. Kelarutan gula dalam NaOH 10 %
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1
gram gula, ditambahkan 3 ml larutan NaOH 10%,
dikocok
|
Larutan
jernih, gula larut (+)
|
d. Kelarutan gula dalam NaHCO₃ 5%
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1
gram gula, ditambahkan 3 ml larutan NaHCO₃ 5 %, dikocok
|
Timbul
gelembung, gula larut (+)
|
e. Kelarutan gula dalam HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1
gram gula, ditambahkan 5 ml larutan HCl
30%, dikocok
|
Larutan jernih,
gula larut (+)
|
f. Kelarutan gula dalam H₂SO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram gula,
ditambahkan 3 ml larutan H₂SO₄ pekat, dikocok
|
Larutan kuning
pudar, saat dikocok gula menggumpal warna merah kehitaman, gula tidak larut (-)
|
g. Kelarutan gula dalam H₃PO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram gula,
ditambahkan 3 ml larutan H₃PO₄ pekat, dikocok
|
Larutan jernih,
butiran gula menyebar dilarutan (+)
|
a. Kelarutan tepung dalam air
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml air suling, dikocok
|
Larutan keruh, tepung tidak larut dalam air (-)
|
b. Kelarutan teung dalam eter (benzena)
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok
|
Larutan keruh, tepung masih ada (-)
|
c. Kelarutan tepung dalam NaOH 10 %
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml larutan NaOH 10%,
dikocok
|
Larutan keruh, tepung mengendap (-)
|
d. Kelarutan tepung dalam NaHCO₃ 5%
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml larutan NaHCO₃ 5 %,
dikocok
|
Larutan keruh, saat dikocok timbul gelembung (+)
|
e. Kelarutan tepung dalam HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan
0,1 gram tepung, ditambahkan 5 ml larutan HCl 30%, dikocok
|
Larutan sangat
keruh (-)
|
2
|
Disaring,
dinetralkan dengan 30 tetes NaOH
|
Larutan bening
(-)
|
f. Kelarutan tepung dalam H₂SO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml larutan H₂SO₄
pekat, dikocok
|
Larutan keruh, tidak panas, tidak berubah warna (-)
|
g. Kelarutan tepung dalam H₃PO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 0,1 gram tepung, ditambahkan 3 ml larutan H₃PO₄
pekat, dikocok
|
Larutan jernih, ada endapan (+)
|
8.2.3 Kelarutan Minyak
a. Kelarutan minyak dalam air
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml air suling, dikocok
|
Larutan jernih, minyak dan air tidak menyatu (+)
|
b. Kelarutan minyak dalam eter (benzena)
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok
|
Larutan jernih, minyak larut (+)
|
c. Kelarutan minyak dalam NaOH 10 %
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml larutan NaOH 10%,
dikocok
|
Larutan keruh, minyak merapung (-)
|
d. Kelarutan minyak dalam NaHCO₃ 5%
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml larutan NaHCO₃ 5 %,
dikocok
|
Larutan jernih, minyak merapung (+)
|
e. Kelarutan minyak dalam HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3
tetes minyak, ditambahkan 5 ml larutan HCl 30%, dikocok
|
Larutan jernih,
minyak merapung (+)
|
f. Kelarutan minyak dalam H₂SO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml larutan H₂SO₄
pekat, dikocok
|
Larutan jernih, minyak merapung (+)
|
g. Kelarutan minyak dalam H₃PO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes minyak, ditambahkan 3 ml larutan H₃PO₄
pekat, dikocok
|
Larutan keruh, minyak merapung (-)
|
8.2.4 Kelarutan Putih telur
a. Kelarutan putih telur dalam air
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml air suling, dikocok
|
Larutan keruh, berbusa (-)
|
b. Kelarutan putih telur dalam eter (benzena)
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml pelarut benzena, dikocok
|
Larutan jernih, benzena merapung (+)
|
c. Kelarutan putih telur dalam NaOH 10 %
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml larutan NaOH 10%,
dikocok
|
Larutan jernih, ada busa di permukaan (+)
|
d. Kelarutan putih telur dalam NaHCO₃ 5%
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml larutan NaHCO₃ 5 %,
dikocok
|
Larutan jernih, berbusa (+)
|
e. Kelarutan putih telur dalam HCl
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3
tetes putih telur, ditambahkan 5 ml larutan HCl 30%, dikocok
|
Larutan keruh,
ada endapan (-)
|
f. Kelarutan putih telur dalam H₂SO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml larutan H₂SO₄
pekat, dikocok
|
Larutan keruh, ada gumpalan diatas (-)
|
g. Kelarutan putih telur dalam H₃PO₄ pekat
No
|
Perlakuan
|
Hasil
|
1
|
Dimasukkan 3 tetes putih telur, ditambahkan 3 ml larutan H₃PO₄
pekat, dikocok
|
Larutan jernih (+)
|
IX. Pembahasan
Variasi penyusun suatu senyawa dapat menentukan bagaimana kereaktifan senyawa tersebut serta bagaimana fungsinya di dalam kehidupan. Untuk menentukan fungsi zat tersebut dapat dilakukan dengan menganalisa kandungannya dan dilakukan uji kelarutan. Setelah mengetahui unsur penyusun dari sampel maka dapatlah dibuat rumus empiris serta rumus molekul dari senyawa yang diamati tersebut kemudian akan diketahui apakah senyawa tersebut dapat larut dalam pelarut polar atau larut dalam pelarut non polar (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/).
9.1 Analisa unsur
9.1.1 Karbon dan hidrogen
Pada praktikum ini, percobaan pertama yang kami lakukan yaitu menganalisa kandungan unsur karbon dan hidrogen dalam gula dan air kapur. Pertama-tama Gula kami campurkan dengan CuO hangat yang telah dikeringkan di atas pemanas bunsen. CuO yang berwana hitam tidak menyatu dengan gula dan tidak pula terjadi reaksi apapun. Kemudian setelah kami merangkai alat, mengalirlah uap gas dari tabung reaksi berisi gula dan CuO kering ke tabung reaksi yang berisi air kapur. Ketika kami amati, tampak ada embun pada bagian atas tabung reaksi dan juga muncul gelembung-gelembung gas pada tabung reaksi yang berisi air kapur. Embun atau uap air ini menandakan bahwa terdapat hidrogen dalam campuran gula dan CuO kering. Sedangkan adanya gelembung gas yang merupakan CO₂ menandakan bahwa terdapat kandungan karbon pada air kapur tersebut. Karena kami mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang dibutuhkan maka percobaan dinyatakan berhasil.
9.1.2 Halogen
Pada analisa unsur halogen ini, ada 2 macam tes yang kami lakukan untuk menentukan kandungan unsur halogen yaitu tes Beilstein dan tes CaO.
a. Tes beilstein
Tes beilstein merupakan tes untuk menganalisa unsur halogen dengan cara memanaskan kawat tembaga hingga berwarna kemerahan-merahan lalu di tetesi dengan benzena. Tujuan tes ini yaitu untuk mengidentifikasi bila ada mengandung halogen dengan perubahannya akan timbul gas pada percobaan. Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan, ketika kawat tembaga dipanaskan warna nyalanya menghasilkan warna merah. Kemudian ketika kami meneteskan 2 tetes benzena lalu dipanaskan kembali, warna yang semula merah perlahan menjadi pudar dan akhirnya kawat tidak berwarna lagi. Saat pemanasan kedua ini, kami mencium adanya bau gas yang dihasilkan dari pembakaran. Hal ini membuktikan bahwa terdapat senyawa organik yaitu unsur halogen pada percobaan kali ini, yang berarti percobaan ini berhasil.
b. Tes CaO
Tes kedua ini dilakukan untuk mengidentifikasi unsur halogen menggunakan CaO. Pertama-tama kami memanaskan CaO dan terlihat CaO berupa gumpalan. Kemudian setelah kami meneteskan benzena kedala tabung reaksi, tercium bau gas yang sangat menyengat dan juga timbul embun atau uap air pada dinding dalam tabung reaksi. Setalah itu kami menambahkannya dengan 5ml air suling alalu di didihkan dan larutan pun menjadi keruh. Terakhir saat kami mencampurkannya dengan HNO₃ encer, larutan berubah menjadi jernih serta timbul gelembung-gelembung pada campuran. Berdasarkan hasil yang telah kami dapatkkan maka terbukti bahwa ada kandungan Halogen pada tes CaO ini yang artinya percobaan kami berhasil.
9.1.3 Metode Leburan dengan Na
a. Belerang
Pada percobaan ini, larutan L yang kami gunakan yaitu NaOH yang dengan asam asetat berwarna bening. Larutan yang telah tercampur dengan asam asetat ini saat kami didihkan, larutan naik ke permukaan mencapai kertas saring dan juga muncul gelembung-gelembung kuning menyerupai minyak di dalam larutan. Kemudian larutan L (NaOH) sisanya saat kami teteskan dengan Na-nitroprosida warnanya berubah dari bening menjadi kuning pudar. Berdasarkan hasil percobaan yang kami dapatkan maka dapat dikatakan percobaannya berhasil.
b. Nitrogen
Pada analisa nitrogen, kami menggunakan 2 jenis zat yang diuji yaitu amoniak dan putih telur. Pada percobaan menggunakan amoniak, saat diteteskan dengan FeSO₄, larutan menghasilkan gumpalan-gumpalan cokelat kehitaman, lalu saat ditetesi FeCl₃, ditengah-tengah larutan tersebut muncul warna kekuningan menyerupai minyak. Kemudian saat ditambahkan dengan KF 10%, gumpalan cokelat kehitaman tadi menjadi buyar atau memencar diseluruh larutan. Setelah itu, larutan ditambahkan dengan NaOH 10%, dan gumpalan-gumpalan yang semula memencar menjadi berkumpul kebagian bawah tabung reaksi membentuk endapan. Dan saat di didihkan, larutan berubah warna menjadi keruh atau putih susu. Setelah pendidihan selesai, kami mendinginkan larutan dan setelah itu kami asamkan dengan asam sulfat encer hingga larutan yang semula keruh berubah warna menjadi biru berlin yang membuktikan bahwa terdapat kandungan nitrogen dalam amoniak.
Selanjutnya percobaan mengguanakan putih telur. Sama halnya dengan prosedur menggunakan amoniak, kami menambahkan FeSO₄, FeCl₃, dan KF 10% kedalam putih telur. Hasil yang kami dapati yaitu warna putih telur menjadi kuning keemasan dan semakin lama semakin pekat. Kemudian ketika kami menambahkan NaOH 10%, larutan berubah warna menjadi biru muda dan timbul letupan-letupan saat di didihkan. Terakhir kami asamkan dengan asam sulfat encer, perlahan larutan menjadi biru berlin namun pada bagian atas larutan terdapat lapisan berwarna kuning pudar. Berdasarkan hasil percobaan ini, dapat dikatakan bahwa percobaan kami berhasil karena kedua zat menghasilkan warna biru berlin.
c. Halogen
Analisa selanjutnya menguji kandungan unsur halogen. Pertama-tama kami asamkan dengan HNO₃ encer dan tidak terjadi reaksi apapun yang kami dapatkan. Kemudian, kami mendidihkan larutan tersebut. Saat baru 1 menit pemanasan, timbul letupan-letupan pada larutan sehingga kami menghentikan pemanasan. Selanjutnya kami tambahkan AgNO₃ encer pada larutan, dan larutan pun berubah menjadi warna abu-abu kecoklatan. Terakhir, kami mendidihkan kembali larutan. Dan hasil yang kami dapatkan yaitu terbentuk gumpalan-gumpalan halus yang semakin lama semakin banyak dan mengendap di bagian bawah tabung reaksi. Endapan ini lah yang menandakan terdapat kandungan halogen di dalam larutan.
9.2 Penentuan kelas kelarutan
Pada percobaan ini bertujuan untuk menguji kemampuan suatu zat untuk melarut dalam 7 jenis pelarut yang berbeda. Ada 4 macam zat terlarut yang kami gunakan, yaitu 2 zat padat yang terdiri dari gula dan tepung serta 2 zat cair yang terdiri dari minyak dan putih telur.
9.2.1 Kelarutan gula
Percobaan pertama, kami menguji kelarutan gula dalam air, eter (benzena), NaOH, NaHCO₃, HCl, H₂SO₄, dan H₃PO₄.
a. Kelarutan gula dalam air. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan tampak jernih serta gula larut dalam air, sehingga hasilnya positif (+). Hal ini disebabkan karena gula merupakan contoh sukrosa yang mudah larut dalam air.
b. Kelarutan gula dalam eter (benzena). Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan tampak jernih (+) namun tidak semua gula larut dalam eter. Hal ini disebabkan karena gula merupakan senyawa polar sedangkan eter adalah senyawa non polar.
c. . Kelarutan gula dalam NaOH 10 %. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan jernih (+) dan semua gula larut dalam NaOH. Hal ini disebabkan karena gula dan NaOH sama-sama senyawa polar.
d. Kelarutan gula dalam NaHCO₃ 5%. Hasil yang kami dapatkan yaitu muncul gelembung-gelembung (+) dan semua gula larut dalam NaHCO₃.
e. Kelarutan gula dalam HCl. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan jernih (+) dan gula larut lebih cepat dalam HCl.
f. Kelarutan gula dalam H₂SO₄ pekat. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan berwarna kuning pudar, saat dikocok gula menggumpal dan berubah menjadi warna merah kehitaman, gula
tidak larut dalam H₂SO₄ (-). Mengapa hal ini terjadi? ini disebabkan karena gula merupakan karbohidrat, Sehingga saat direaksikan degan asam sulfat, kandungan air akan keluar dari molekul gula dalam reaksi eksoterm dan yang tersisa hanyalah elemen karbonnya. Namun walaupun gula mengalami dehidrasi, air tetap tidak hilang.
g. Kelarutan gula dalam H₃PO₄ pekat. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan jernih (+) namun gula tidak larut melainkan menyabar di larutan.
9.2.2 Kelarutan Tepung
Sama halnya dengan gula, tepung akan kami lerutkan kedalam 7 pelarut berbeda yaitu air, eter (benzena), NaOH, NaHCO₃, HCl, H₂SO₄, dan H₃PO₄.
a. Kelarutan tepung dalam air. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan keruh (-), yang menandakan tepung tidak larut dalam air. Hal ini dikarenakan di dalam tepung terdapat protein yang disebut gluten yang tidak larut dalam air karena bersifat kenyal dan elastis.
b. Kelarutan teung dalam eter (benzena). Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan keruh (-), tepung tidak larut dalam benzena. Hal ini disebabkan karena tepung merupakan makanan yang kaya akan kolin, sedangkan kolin tidak dapat larut dalam benzena.
c.
Kelarutan tepung dalam NaOH 10 %. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan keruh (-) serta tepung mengendap. Sama seperti sebelumnya, tepung mengandung protein yang membuatnya sukar larut. Sehingga tepung tidak dapat larut dalam NaOH.
d. Kelarutan tepung dalam NaHCO₃ 5%. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan keruh (-) dan ketika kami kocok muncul gelembung pada larutan.
e. Kelarutan tepung dalam HCl.. Hasil yang kami dapatkan yaitu pada awalnya larutan sangat keruh (-), kemudian setelah disariing dan ditetesi NaOH, larutan menjadi bening yang menandakan tepung tidak larut dalam HCl.
f. Kelarutan tepung
dalam H₂SO₄ pekat. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan keruh (+) yang menandakan tepung tidak larut dalam H₂SO₄ pekat.
g. Kelarutan tepung dalam H₃PO₄ pekat. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan jernih (+) namun ada endapan dalam larutan.
9.2.3 Kelarutan minyak.
Pada percobaan kelarutan dengan zat cair pertama yaitu menggunakan minyak yang dilarutkan ke dalam 7 pelarut berbeda yaitu air, eter (benzena), NaOH, NaHCO₃, HCl, H₂SO₄, dan H₃PO₄.
a. Kelarutan minyak dalam
air. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan jernih (+) namun miyak tidak menyatu dengan air. Hal ini disebabkan oleh sifat kedua zat ini yang berbeda. Air bersifat polar sedangkan minyak bersifat nonpolar.
b. Kelarutan minyak dalam
eter (benzena). Hasil yang kami peroleh yaitu larutan jernih (+) dan minyak larut dalam benzena. Hal ini disebabkan oleh sifat kedua zat ini sama yaitu nonpolar, sehingga bisa menyatu.
c. Kelarutan minyak dalam
NaOH 10 %. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan keruh (-) dan minyak tidak menyatu dengan NaOH.
d. Kelarutan minyak dalam NaHCO₃ 5%. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan jernih (+) namun minyakmerapung diatas permukaan larutan.
e. Kelarutan
minyak dalam HCl. Hasil yang kami peroleh yaitu larutan jernih namun minyak tidak menyatu dengan HCl.
f. Kelarutan minyak
dalam H₂SO₄ pekat. Hasil yang kami peroleh yaitu larutan jernih (+) namun minyak tidak menyatu sama sekali dengan H₂SO₄.
g. Kelarutan minyak dalam H₃PO₄ pekat. Hasil yang kami peroleh yaitu larutan keruh (-) dan minyak masih merapung. Yag artinya ada sedikit minyak yang terlarut sehingga menyebabkan kekeruhan.
9.2.4 Kelarutan putih telur.
a. Kelarutan putih telur dalam air. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan keruh (-) dan keluar busa
b. Kelarutan
putih telur dalam eter (benzena). Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan jernih (+) dan benzen merapung.
c. Kelarutan
putih telur dalam NaOH 10%. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan jernih (+) yang menandakan putih telur menyatu dengan NaOH serta terdapat busa dipermukaan larutan.
d. Kelarutan
putih telur dalam NaHCO₃ 5%. Hasil yang kami peroleh yaitu larutan jernih (+) dan berbusa pada larutan.
e. Kelarutan putih telur dalam
HCl. Hasil yang kami peroleh yaitu larutan keruh (-) yang menandakan putih telur tidak larut dalam HCl serta muncul endapan.
f. Kelarutan putih telur
dalam H₂SO₄ pekat. Hasil yang kami dapatkan yaitu larutan keruh (-) yang artinya putih telur tidak larut dan terbentuk gumpalan dibagian atas larutan.
g. Kelarutan putih telur
dalam H₃PO₄ pekat. Hasil yang kami peroleh yaitu larutan jernih (+) yang menandakan putih telur larut semua.
X. Pertanyaan Pasca Praktikum
1. Berdasarkan hasil percobaan analisa unsur karbon dan hidrogen, terdapat gelembung dan uap air. Apakah yang menyebabkan hal itu terjadi?
2. Mengapa minyak dan air tidak menyatu?
3. Mengapa dalam percobaan halogen menggunakan leburan Na, endapan yang dihasilkan banyak?
XI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Prinsip dasar pemisahan kualitatif dalam kimia organik ini ialah dengan menganalisa umumnya dengan teknik tertentu (bias pemisahan, warna nyala, pengendapan, dan lain sebagainya) untuk mengetahui unsur apa saja yang terkandung dalam suatu sampel.
2. Cara dalam menganalisa unsur karbon dan hydrogen yaitu dengan pembakaran gula dan ditambahkan CuO sedangkan pada analisis belerang caranya yaitu dengan menambahkan larutan tertentu pada sampel yang nantinya dapat mengeluarkan warna kuning ketika dibakar yang menandakan adanya belerang, sedangkan pada analisa halogen dilakukan dengan cara tes Ceilsten dan tes CaO, dan pada nitrogen dilakukan dengan penambahan larutan tertentu dan jika didapat endapan biru berlin menandakan adanya nitrogen dan pada penentuan kelas kelarutan dapat dilakukan dengan cara memasukkan zat terlarut kedalam pelarutnya kemudian dikocok dan di amati.
3. Dalam pratikum ini kami dapat menganalisa unsur unknowing yang tidak diketahui yaitu seperti pada percobaan nitrogen yaitu larutan L mengguankan amoniak ( NH3 ).
XII. Daftar Pustaka
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta : Erlangga.
Martin, Alfred. 1993. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik Edisi ketiga. Jakarta : UI Press.
Petrucci, Ralph H. 2001. Kimia Dasar Prinsip Terapan Modern. Jakarta : Erlangga.
Syamsurizal. 2019. Analisis Kualitatif Senyawa organik. http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/ dikunjungi 22 Februari 2019.
Tim Kimia Organik I. 2016. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Jambi : Universitas Jambi.
XIII. Lampiran
XIII. Lampiran
Tes Beilstein Pada Analisa Halogen
Menguji Kelarutan Minyak dalam Berbagai Pelarut
Hasil Akhir Uji Halogen Menggunakan Leburan Na
Proses mendidihkan Larutan Pada Uji Halogen Menggunakan Leburan Na
Uji Kelarutan Putih Telur Dalam Berbagai Pelarut
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan pasca anda dalam percobaan yang telah dilakukakan. Saya akan memjawab mengenai kelarutan antara minyak dan air. Mintak yang tidak larut dalam air, Itu disebabkan karena air dan minyak berbeda sifat. Air bersifat polar sedangkan minyak non polar. Perbedaan kepolaranlah yang menyebabkan minyak tidak larut dalam air
BalasHapussaya Erwin Pasaribu, NIM (003) akan menjawab pertanyaan pasca no 1.
BalasHapustimbulnya gelembung terjadi karena dalam sampel tersebut mengandung unsur karbon dalam bentuk CO2 dan uap air timbul karna sampel mengandung unsur hidrogen dalam bentuk H2O.
Saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3. Karena dengan adanya endapan yang banyak menandakan adanya kandungan halogen di dalam sampel. Bila hanya sedikit, berarti sampel tersebut hanya mengandung pengotor saja
BalasHapus