VIII. Data Pengamatan
8.1 Percobaan Rekristalisasi
8.2 Sublimasi
IX. Pembahasan
X. Pertanyaan Pasca Praktikum
XI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
XII. Daftar Pustaka
Arsyad, 2015, Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah Pembuatan Konsentrasi Vitamin E dan Destilasi
Asam Lemak Minyak Sawit, Jurnal Teknologi Pertanian, Vol 5.
Septyopratomo, 2015, Kimia Universitas Jilid II, Jakarta : Erlangga.
Syamsurizal, 2019, Pemurnian Zat Padat Organik,
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/07/pemurnian-zat-padat-organik93/, diakses pada 7
Maret 2019.
Tim Kimia Organik I, 2016, Penuntun Praktikum Kimia Organik I, Jambi : Universitas Jambi.
Triastuti, 2015, Pemurnian Garam Dapur Melalui Metode Rekristalisasi dengan Bahan Pengikat
Pengotor Na2C2O4-NaHCO3 dan Na2C2O4- Na2CO3, Jurnal Sains dan Teknologi, Vol 8, No 01.
XIII. Lampiran
8.1 Percobaan Rekristalisasi
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Dipanaskan
50 ml air suling
|
Timbul
gelembung-gelembung
|
2.
|
Dimasukkan
2 sudip asam benzoat + 1 sudip glukosa
+ 1 sudip norit ke dalam air panas
|
Semua
zat larut
|
3.
|
Dilakukan
2 kali penyaringan,dengan corong
buchner dan kertas saring
|
Ø Menggunakan
corong buchner, tidak ada yang tersaring
Ø Menggunakan
kertas saring, mori tertinggal pada kertas saring
|
4.
|
Dijenuhkan
larutan dalam air es
|
Terbentuk
kristal-kristal
|
5.
|
Diukur
suhu saat dijenuhkan
|
Suhu
sebelum dijenuhkan 35oC, setelah dijenuhkan menjadi 2 oC
|
6.
|
Diukur
titik leleh kristal asam benzoat
|
Ø Mulai
meleleh pada suhu 117oC, dan meleleh sempurna pada suhu 120oC
Ø Titik
leleh teori yaitu 122,4oC
|
8.2 Sublimasi
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
1
gr naftalen dan 1 gr pasir
dipanaskan dalam cawan penguap,
ditutup kertas saring, ditutup corong buchner yang telah disumbat kapas,
dipanaskan
|
Naftalen
menguap, terbentuk kristal yang menempel pada kertas saring pada corong
buchner
|
2.
|
Suhu
pada pembentukan kristal
|
28oC
|
3.
|
Diukur
titik leleh kristal
|
Mulai
meleleh pada suhu 78oC dan meleleh sempurna pada suhu 80oC
|
4.
|
Titik
leleh berdasarkan teori
|
80,3oC
|
IX. Pembahasan
Keberhasilan dalam pemisahan zat padat dalam suatu sampel
sangat ditentukan oleh pemahaman praktikan terhadap sifat fisis dan kimi
asampel tersebut seperti bagaimana kecenderungan kelarutan suatu sampel yang
akan dimurnikan. Jenis-jenis pelarut organik dan kepolarannya juga harus
dikenal oleh seorang praktikan karena ketika sedang mencampurkan dua atau tiga
pelarut maka pengetahuan akan hal itu sangat dibutuhkan. Adapun faktor teknis
yang memurnikan zat padat yaitu dengan sublimasi, kristalisasi dan kromatologi.
Dari ketiga teknik tersebut, teknik yang dpilih juga bergantung pada sifat
fisik dan kimianya. Makin sempurna suatu senyawa maka teknik yang diperlukan
juga teknik yang makin sempurna. Selain itu, alat bahan dan waktu pengerjaan
juga bisa menjadi pertimbangan. Setelah praktikan berhasil memurnikan, maka
perlulah diuji tingkat kemurnian zat tersebut baik dengan kromatografi lapis
tipis atau bisa juga dengan penentuan titik leleh (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/07/pemurnian-zat-padat-organik93/)
9. 1
Rekristalisasi
Pada percobaan
pertama yaitu rekristalisai yang bertujuan untuk memisahkan zat murni dari
pengotornya. Adapun sampel murni yang kami gunakan yaitu asam benzoat dan
sebagai pengotor kami gunakan glukosa. Pertama-pertama kami memanaskan air
suling di dalam gelas kimia hingga timbul gelembung-gelembung. Selanjutnya kami
menimbang asam benzoat dan glukosa yang akan digunakan, namun karena
keterbatasan alat maka kami gunakan sudip untuk membuat perbandingannya. Kami
gunakan asam benzoat sebanyak 2 sudip, glukosa sebanyak 1 sudip dan kemudian
kami tambahkan norit sebanyak 1 sudip. Alasan penggunaan norit di sini yaitu
agar proses pemurnian lebih sempurna karena norit dapat menyerap pengotor dalam
asam benzoat. Saat pencampuran, ketiga zat tersebut dapat larut sempurna dalam
air. Setelah itu, kami langsung menyaring larutan menggunakan corong buchner ke
dalam gelas kimia, namun tidak ada zat yang tersaring. Hal ini bisa disebabkan
karena lobang pada corong buchner terlalu besar sehingga tidak bisa menyaring
partikel ukuran kecil. Karena penyaringan pertama tidak berhasil, maka kami
gunakan alternatif lain dengan menggunakan kertas saring. Dan setelah penyaringan
kedua ini, mori menempel pada kertas dan larutan terlihat menjadi lebih pekat
dibanding sebelumnya. Kemudian kami mendinginkan larutan yang telah disaring di
dalam es hingga larutan kembali jenuh.
Beberapa saat setelah kami jenuhkan, mulai tampak terbentuk
kristal-kristal kecil di dalam larutan yang semakin lama jumlahnya semakin
bertambah. Mengapa terbentuk kristal ketika dijenuhkan? Karena asam benzoat
hanya dapat larut pada suhu tinggi, maka dari itulah di awal percobaan kami
memanaskan air, dan ketika proses pendinginan maka suhu akan kembali turun yang
menyebabkan asam benzoat kembali jenuh dan mengkristal. Langkah selanjutnya,
kami mengeringkan kristal yang terbentuk dan mengukur titik lelehnya dengan
memasukkan ke tabung reaksi dan memanaskannya di dalam penangas air. Suhu
ketika sampel mulai meleleh yaitu 117°C dan meleleh seluruhnya ketika suhu
mencapai 120°C. Jika berdasarkan teori, titik leleh dari asam benzoat murni
yaitu 121°C. Berdasarkan hasil titik leleh yang kami peroleh jika dibandingkan
dengan titik leleh secara teori hasilnya sangat mendekati sempurna, maka dapat
disimpulkan bahwa kristal yang dihasilkan dari pengkristalan merupakan asam
benzoat murni.
9.2
Sublimasi
Percobaan
kedua kali ini yaitu kami memurnikan sampel dengan cara sublimasi yaitu proses
perubahan zat padat menjadi uap dan uap tersebut terkondensasi langsung menjadi
padat tanpa melewati fasa cair. Sampel yang kami uji adalah Naftalen dengan
pengotornya yaitu kami gunakan pasir. Kami memasukkan naftalena dan pasir ke dalam
cawan penguap dengan perbandingan (1:1)gr. Setelah itu kami menutup cawan
penguap dan kami lubangi menggunakan jarum. Kami menggunakan corong buchner
sebagai penutup diatas kertas saring. Sebelumnya corong telah kami sumbat
menggunakan kapas barulah kami telungkupkan diatas cawan penguap. Cawan penguap
yang berisi naftalena tadi kami panaskan diatas Bunsen. setelah kurang lebih 5 menit, kami hentikan
pemanasan dan kami ambil corong buchner yang menutup cawan penguap. Kami
menemukan zat yang menempel pada kertas saring yang diletakkan di atas cawan
penguap, dan pada cawan hanya tertinggal pasir. Setelah kami uji titik leleh
untuk menguji kemurnian dari zat tersebut menggunakan MPA (Melting Point
Apparatus), di dapat sampel yang menempel pada kertas saring tadi mulai meleleh
pada suhu 79°C dan meleleh seluruhnya pada suhu 80,3°C. Setelah kami bandingkan
dengan titik leleh murni senyawa naftalena secara teori yaitu 80°C, maka dapat
disimpulkan bahwa proses sublimasi yang kami lakukan berhasil memisahkan naftalena
dari pasir sehingga kembali menjadi wujud murni tanpa terkontaminasi sedikitpun
oleh pasir. Sublimasi ini terjadi karena naftalena mempunyai titik tripel di
atas titik tripel air. Sehingga pada suhu kamar naftalena berubah dari padat
menjadi uap tanpa perlu melewati fasa cair.
X. Pertanyaan Pasca Praktikum
1. Apa tujuan
penggunaan norit pada kristalisasi?
2. Mengapa saat
jenuh, asam benzoat kembali menjadi kristal?
3. Pada proses
pemurnian zat dengan sublimasi, mengapa naftalena yang berfasa padat bisa
berubah menjadi uap tanpa melewati fasa cair terlebih dahulu?
Berdasarkan percobaan yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Kristalisasi
dilakukan dengan mencampurkan sampel dengan air panas terlebih dahulu agar
sampel larut sempurna, kemudian pada proses pendinginan sampel kembali berubah
menjadi kristal karena menjadi jenuh.
2. Dalam pemurnian
sampel dengan cara kristalisasi haruslah memilih pelarut yang sesuai dengan
sampel yang akan dimurnikan. Harus diperhatikan apakah pelarut dapat melarutkan
sampel atau tidak. Karena proses kristalisasi dapat terjadi setelah sampel
melarut terlebih dahulu.
3. Menjernihkan
dan menghilangkan warna pada sampel yang diuji dapat digunakan karbon aktif
untuk ditambahkan ke dalam sampel tersebut.
4. Memurnikan
sampel dengan proses rekristalisasi dilakukan berdasarkan prinsip perbedaan
daya larut antara zat yang dilarutkan dengan pengotornya dalam suatu pelarut
tertentu.
XII. Daftar Pustaka
Arsyad, 2015, Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah Pembuatan Konsentrasi Vitamin E dan Destilasi
Asam Lemak Minyak Sawit, Jurnal Teknologi Pertanian, Vol 5.
Septyopratomo, 2015, Kimia Universitas Jilid II, Jakarta : Erlangga.
Syamsurizal, 2019, Pemurnian Zat Padat Organik,
http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/03/07/pemurnian-zat-padat-organik93/, diakses pada 7
Maret 2019.
Tim Kimia Organik I, 2016, Penuntun Praktikum Kimia Organik I, Jambi : Universitas Jambi.
Triastuti, 2015, Pemurnian Garam Dapur Melalui Metode Rekristalisasi dengan Bahan Pengikat
Pengotor Na2C2O4-NaHCO3 dan Na2C2O4- Na2CO3, Jurnal Sains dan Teknologi, Vol 8, No 01.
XIII. Lampiran
Penyaringan Campuran Menggunakan Corong Buchner Pada Percobaan Rekristalisasi
Penyaringan Campuran Menggunakan Kertas Saring Pada Uji Rekristalisasi
Zat Menempel Pada Kapas Saat Uji Sublimasi
Saya Rd. Abdurrahman(A1C117015) akan mencoba menjawab pertanyaan no. 2 menurut saya Karena asam benzoat hanya dapat larut pada suhu tinggi, sehingga saat suhu menurun, asam benzoat kembali jenuh atau mengkristal (tidak larut lagi).
BalasHapusPutri Ayu Indah Lestari (05) akan menjawab pertanyaan nomor 1. Mengenai tujuan penggunaan norit pada saat kristalisasi yaitu supaya proses pemurnian lebih cepat dan pengotor dapat mudah terpisah dari sampel murni sehingga sampel yang dihasilkan lebih murni (tanpa pengotor lagi) atau tanpa norit ikut bereaksi
BalasHapusnama saya brezza fitri noventi (055) akan mencoba menjawab no 3 Karena naftalen mempunyai titik tripel diatas tripel air, sehingga pada suhu kamar naftalen dapat berubha dari fasa padat menjadi uap atau sebaliknya
BalasHapus